PENGARUH PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA POKOK BAHASAN LARUTAN
ELEKTROLIT
DAN NON ELEKTROLIT
Cianny Avolita Marpaung
Pendidikan Kimia Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, (email: sianidaavolita@gmail.com)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT
dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar
Khalipah T.A. 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang terdiri dari 5 kelas. Dari populasi
ditetapkan sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberikan
pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT, sedangkan kelas kontrol
diberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab, Penugasan).
Soal yang digunakan terlebih dahulu
diujicobakan dengan uji statistik dan divalidkan menggunakan rumus korelasi
product moment dan dari 30 butir soal diperoleh 20 butir soal yang valid, yang
selanjutnya akan digunakan sebagai instrumen tes. Reliabilitas soal dihitung
dengan menggunakan rumus KR-20 dan diperoleh reliabelitas soal sebesar 0,761.
Hasil data post-tes menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 44,07 sedangkan pada kelas kontrol
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 24,02. Dari pengujian hipotesis
diperoleh thitung = 6,563 dan pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan dk =
72 diperoleh ttabel = 2,016. Karena
thitung <
-t tabel dan thitung > t tabel maka thitung berada
pada daerah penerimaan Ha. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran REACT lebih baik daripada dengan menggunakan
model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab,
Penugasan) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan
model pembelajaran REACT terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI pada pokok
bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa sebesar 71,26 % dengan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan
model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab,
Penugasan) adalah
sebesar 41,94 %.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Strategi
REACT, Hasil belajar
Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan sains dan
teknologi telah mengendalikan dunia secara global yang berimbas pada perubahan
sosial yang semakin pesat. Setiap aspek kehidupan dituntut untuk melakukan
rekontruksi supaya tidak menjadi korban dari perkembangan sains dan teknologi
tersebut. Kondisi ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Proses
pendidikan harus mempersiapkan siswa yang kritis agar mampu menyingkapi
perkembangan sains dan teknologi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Terbentuknya peserta didik
sesuai tuntutan tersebut akan menjadi suatu bekal dunia pendidikan untuk
menyingkapi perkembangan sains dan teknologi tersebut.(http://www.dostoc.com/docs/6453031)
Rendahnya hasil belajar kimia
berdasarkan hasil riset Kelompok Studi Pendidikan Berkualitas (KSPB), LAPI-ITB
tentang prestasi siswa Indonesia dari wilayah Sumatera selama kurang lebih
sembilan tahunan dilihat dari hasil ujian SPMB/SMPTN. Dimana dalam mengukur
prestasi, digunakan Indeks Fasilitas (IF) yang merupakan perbandingan jumlah
peserta SPMB/SMPTN kelompok IPA yang menjawab soal ujian dengan benar
dibandingkan dengan jumlah seluruh peserta. Dengan demikian bila didapati nilai
IF yang besar maka berarti banyak peserta menjawab dengan benar soal ujian
tersebut, dan sebaliknya.
Rendahnya kualitas pendidikan itu
sebagian besar diakibatkan karena kurang efektifnya proses belajar mengajar.
Dalam sistem pembelajaran, guru sering menerapkan pembelajaran yang bersifat
teoritik yang mengakibatkan sebagian besar siswa tidak dapat mengkaitkan apa
yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini membuat siswa sering
hanya menghapal teori atau konsep pelajaran tetapi tidak diikuti dengan
pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang biasa diterapkan ketika mereka
berhadapan dengan situasi dalam kehidupannya
Berkaitan dengan itu dalam
pembelajaran perlu pendekatan yang tidak mengharuskan siswa untuk menghafal
fakta-fakta tetapi sebuah strategi pendekatan yang mendorong untuk belajar
menemukan konsep. Menurut Hamalik (2003), pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
sendiri. Siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.
Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru
dapat memilih strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang merupakan konsep
belajar yang bisa membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan
dengan realitas dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar,
manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa yang
mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti. (http://organisasi.org/strategi-pembelajaran-kontekstual-oleh-oleh-dari-plpg-slamet-p)
Kontekstual merupakan respon dari
ketidakpuasan praktek pembelajaran yang sangat menekankan pada pengetahuan
abstrak atau konseptual semata-mata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk
melahirkan para akademisi, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang
professional, dengan kata lain pembelajaran yang terlampau abstrak telah
mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut (Tim
Penatar Undiksha, 2007)
Pembelajaran secara kontekstual sangat penting
dalam proses pengajaran dan pembelajaran karena kemampuannya untuk merangsang
pelajar belajar dengan penuh motivasi, bekerjasama dan dapat melihat
kerelevanan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Suatu konsep yang
abstrak akan dapat dipelajari dengan lebih mudah karena guru akan membentuk
suasana pembelajaran yang lebih konkrit dan menjurus kepada pembelajaran
bermakna (Ibrahim, Surif dan Mohd. Sharir, 2003). Untuk
menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna, maka peserta didik dituntut
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, sehingga aktivitas
pembelajaran tidak hanya meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa pada
materi pelajaran tetapi juga melibatkan kemampuan berpikir (Hamalik, 2003)
Center
Of Occupational Reseach And Development (CORD) (Crawford, 2001)
menyampaikan lima strategi bagi
pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang
disingkat dengan REACT, yaitu : (1) Relating
adalah belajar dikaitkan dengan
konteks pengalaman kehidupan
nyata, (2) Experiencing adalah belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi, penemuan), dan penciptaan
(invention), (3) Applying adalah belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya, (4) Cooperating
adalah belajar melalui konteks
komunikasi interpersonal, pemakaian
bersama dan sebagainya, (5) Transfering
adalah belajar melalui pengetahuan
di dalam situasi atau konteks
baru.
Penelitian
tentang penerapan model pembelajaran REACT telah dilakukan sebelumnya oleh
Pertiwi (2009) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan strategi REACT
kemampuan berpikir fisika siswa meningkat sebesar 37, 34 % dan pemahaman konsep
fisika siswa meningkat sebesar 21,05 %.
Berdasarkan
pertimbangan diatas maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran REACT dalam pembelajaran kimia, pada pokok
bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pokok bahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit merupakan
materi yang sangat erat kaitannnya dengan kehidupan sehari-hari. Namun,
pemahaman siswa pada pokok bahasan tersebut masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena guru didalam menjelaskan pokok
bahasan tersebut belum menggunakan strategi pengajaran yang tepat. Selama ini
pengajaran larutan elektrolit dan non elektrolit banyak menggunakan metode
ekspositori (ceramah), akibatnya hasil belajar yang didapatkan kurang
memuaskan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang dilaksanakan dilaksanakan pada bulan di kelas X semester genap Tahun Ajaran
2010/2011.Dari populasi
diperoleh sampel kelas X-1 dan X-3, sampel diambil
secara purposif sampling. Sebagai kelas eksperimen adalah kelas X-1, sedangkan
kelas kontrol adalah kelas X-3.
Operasional dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Memvalidkan soal sebelum
diujikan pada kedua kelas sampel
b.
Memberikan pre tes dengan soal
yang sudah valid dan reliabel pada satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
Pemberian pre tes dilakukan sebelum perlakuan pengajaran kepada kelompok sampel
untuk memperoleh normalitas dan homogenitas kelompok yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Dengan demikian kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang homogen.
c.
Melaksanakan penelitian dalam
kelas. Dalam hal ini, peneliti melakukan treatment (perlakuan) dengan membagi
subjek
didik atas kelompok yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol yang
kemampuan awalnya homogen. Kemudian kepada kelas eksperimen setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi REACT dan kelas kontrol setelah diberikan
pengajaran secara konvensional (ceramah, tanya-jawab dan
penugasan)
d.
Memberikan post tes setelah
proses belajar mengajar selesai, post tes digunakan untuk menyelidiki kemampuan
siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan pada masing-masing
kelas. Post-test diberikan kepada kedua kelas.
e. Mengumpulkan dan mengolah data hasil pre
tes dan post tes
f.
Menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini membutuhkan alat pengumpul data
adalah evaluasi belajar berupa pre-test dan post-test untuk kelompok ekperimen
dan kontrol. Bentuk test untuk evaluasi pre-test dan post-test adalah bentuk
objektif pilihan berganda. Soal pre-test dan soal post-test yang diberikan atau
yang diujikan terhadap kelompok eksperimen dan kelas kontrol harus sama. Sebelum
post-test diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian test. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh validitas test, reliabelitas test, daya beda dan
tingkat kesukaran.
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah hasil
belajar siswa dari kelas sampel. Setelah data kelas sampel diperoleh, maka
dilakukan langkah-langkah (1)
uji normalitas, (2) uji homogenitas, (3) uji hipotesis dua pihak. Selajutnya melakukan uji t pada α = 0,05 dan dk =
n1 + n2 – 2 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Ha
diterima apabila harga thitung < -t1/2 α dan thitung
> t1/2 α yang sekaligus menolak Ho.
Hasil dan Pembahasan
1.
Data Pre-Test dan Post-Test Siswa
Instrumen test yang digunakan sebagai pre-test sama dengan instrumen yang digunakan pada
saat post-test yaitu soal pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan urutan yang telah diacak. Pemberian pre-test diberikan kepada siswa sebelum siswa diberikan pembelajaran sedangkan
post-test diberikan kepada kelas eksperimen setelah
diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi REACT dan kelas
kontrol setelah diberikan pengajaran secara konvensional
(ceramah, tanya-jawab dan penugasan)
Tabel 1.1. Data Ringkas Hasil Pre-Tes Siswa
|
Eksperimen
|
Kontrol
|
Nilai Minimum
|
15
|
15
|
Nilai Maksimum
|
60
|
60
|
Nilai Rata-Rata
|
38,15
|
44,02
|
Standar Deviasi (SD)
|
11,114
|
11,577
|
Tabel 1.2. Data Ringkas Hasil Post-Tes Siswa
|
Eksperimen
|
Kontrol
|
Nilai Minimum
|
60
|
55
|
Nilai maksimum
|
95
|
80
|
Nilai Rata-Rata
|
82,23
|
67,50
|
Standar Deviasi (SD)
|
9,979
|
13,683
|
2.
Uji Normalitas
Tabel 2.1. Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test Siswa
Kelas
|
Data
|
(χ2)hitung
|
(χ2)tabel
|
Keterangan
|
Eksperimen
|
Pre-Test
|
7,68
|
15,507
|
Data Terdistribusi Normal
|
Post-Test
|
12,03
|
15,507
|
Data Terdistribusi Normal
|
|
Kontrol
|
Pre-Test
|
6,83
|
11,07
|
Data Terdistribusi Normal
|
Post-Test
|
11,60
|
12,592
|
Data Terdistribusi Normal
|
3.
Uji Homogenitas
Tabel 3. Uji
Homogenitas
Kelas
|
S2
|
Fhitung
|
Ftabel
|
Keterangan
|
Eksperimen
|
147,226
|
1,084
|
1,732
|
Data homogen
|
Kontrol
|
94,682
|
4.
Uji Hipotesis
Tabel 4. Uji
Hipotesis
Kelas
|
Data
|
thitung
|
ttabel
|
Keterangan
|
Eksperimen
|
|
6,563
|
2,016
|
Ha
diterima
|
SD = 187,642
|
||||
Kontrol
|
|
|||
SD = 176,884
|
5.
Peningkatan Hasil Belajar
Tabel 5.
Peningkatan Hasil Belajar
|
Gain Ternormalisasi
|
Keterangan
|
Kelas Eksperimen
|
0,6569
|
Hasil Belajar Sedang
|
Kelas Kontrol
|
0,4453
|
Hasil Belajar Sedang
|
Kesimpulan
1. Hasil belajar kimia siswa pada pokok
bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi dari hasil belajar kimia
siswa yang diberi pembelajaran secara Konvensional (ceramah, tanya-jawab, dan penugasan). Hal ini dibuktikan dari uji hipotesis
yang menunjukkan bahwa thitung > ttabel (6,563 > 2,016).
2. Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen adalah 71,26 % sedangkan peningkatan
hasil belajar siswa pada kelas kontrol adalah 41,94 %. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa
daripada pembelajaran secara
Konvensional (ceramah, tanya-jawab, dan penugasan).
Ucapan Terima Kasih
Ucapan
terima kasih disampaikan kepada Lisnawaty
Simatupang S.Si, M. Si selaku
pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tulisan ini.
Daftar Pustaka
Crawfod, L.M., (2001), Teaching Contextually, Research,
Rationale, and Tehniques for Improving Student Motivation and Achievement in
Mathematics and Science, Waco, Texas CCI Publishing, Inc
Faisal, S., (2005), Pembelajaran
volume kubus dan balok dengan Strategi REACT pada siswa kelas I SMP Negeri 6 Malang . Tesis tidak
diterbitkan, Malang: PPS UM Malang
Ibrahim, N.H., Surif, J., dan Mohd.
Sharir, M., (2003), Kefahaman Dan Tahap
Amalan Pembelajaran Secara Kontekstual Di Kalangan Guru Sains Luar Bandar,
Universitas Teknologi Malaysia, Johor
Pertiwi, Faninda Novika.,
(2009), Penerapan Strategi REACT untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas XI IPA
1 SMAN 1 Jenangan Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang ,
Malang .
Tim Penatar Undiksha, (2007), Menggunakan CTL dan Asesmen Otentik,
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
The Casino Dealer: The Casino Dealer - DRMCD
BalasHapusFrom our Casino Games to Video Poker, there's nothing 논산 출장안마 like gaming live with a live dealer. If you're not a live dealer 속초 출장샵 you'll never have to worry about 강원도 출장마사지 whether or 하남 출장안마 not 평택 출장안마 you