Sabtu, 08 November 2014

MAKALAH PROSIDING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT
DAN NON ELEKTROLIT

Cianny Avolita Marpaung 
Pendidikan Kimia Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, (email: sianidaavolita@gmail.com)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Khalipah T.A. 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang terdiri dari 5 kelas. Dari populasi ditetapkan sampel sebanyak 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT, sedangkan kelas kontrol diberikan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab, Penugasan).
            Soal yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan dengan uji statistik dan divalidkan menggunakan rumus korelasi product moment dan dari 30 butir soal diperoleh 20 butir soal yang valid, yang selanjutnya akan digunakan sebagai instrumen tes. Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 dan diperoleh reliabelitas soal sebesar 0,761.
Hasil data post-tes menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 44,07 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 24,02. Dari pengujian hipotesis diperoleh thitung = 6,563 dan  pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan dk = 72 diperoleh ttabel = 2,016. Karena  thitung < -t tabel dan thitung > t tabel maka thitung berada pada daerah penerimaan Ha. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT lebih baik daripada dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab, Penugasan) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran REACT terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran REACT dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa sebesar 71,26 % dengan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional (Ceramah, Tanya jawab, Penugasan) adalah sebesar  41,94 %.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Strategi REACT, Hasil belajar




Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan sains dan teknologi telah mengendalikan dunia secara global yang berimbas pada perubahan sosial yang semakin pesat. Setiap aspek kehidupan dituntut untuk melakukan rekontruksi supaya tidak menjadi korban dari perkembangan sains dan teknologi tersebut. Kondisi ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Proses pendidikan harus mempersiapkan siswa yang kritis agar mampu menyingkapi perkembangan sains dan teknologi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Terbentuknya peserta didik sesuai tuntutan tersebut akan menjadi suatu bekal dunia pendidikan untuk menyingkapi perkembangan sains dan teknologi tersebut.(http://www.dostoc.com/docs/6453031)
  Rendahnya hasil belajar kimia berdasarkan hasil riset Kelompok Studi Pendidikan Berkualitas (KSPB), LAPI-ITB tentang prestasi siswa Indonesia dari wilayah Sumatera selama kurang lebih sembilan tahunan dilihat dari hasil ujian SPMB/SMPTN. Dimana dalam mengukur prestasi, digunakan Indeks Fasilitas (IF) yang merupakan perbandingan jumlah peserta SPMB/SMPTN kelompok IPA yang menjawab soal ujian dengan benar dibandingkan dengan jumlah seluruh peserta. Dengan demikian bila didapati nilai IF yang besar maka berarti banyak peserta menjawab dengan benar soal ujian tersebut, dan sebaliknya.
Rendahnya kualitas pendidikan itu sebagian besar diakibatkan karena kurang efektifnya proses belajar mengajar. Dalam sistem pembelajaran, guru sering menerapkan pembelajaran yang bersifat teoritik yang mengakibatkan sebagian besar siswa tidak dapat mengkaitkan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini membuat siswa sering hanya menghapal teori atau konsep pelajaran tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang biasa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi dalam kehidupannya
Berkaitan dengan itu dalam pembelajaran perlu pendekatan yang tidak mengharuskan siswa untuk menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi pendekatan yang mendorong untuk belajar menemukan konsep. Menurut Hamalik (2003), pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.
Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat memilih strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yang merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar, manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti. (http://organisasi.org/strategi-pembelajaran-kontekstual-oleh-oleh-dari-plpg-slamet-p)
Kontekstual merupakan respon dari ketidakpuasan praktek pembelajaran yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-mata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk melahirkan para akademisi, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang professional, dengan kata lain pembelajaran yang terlampau abstrak telah mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut (Tim Penatar Undiksha, 2007)
Pembelajaran secara kontekstual sangat penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran karena kemampuannya untuk merangsang pelajar belajar dengan penuh motivasi, bekerjasama dan dapat melihat kerelevanan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Suatu konsep yang abstrak akan dapat dipelajari dengan lebih mudah karena guru akan membentuk suasana pembelajaran yang lebih konkrit dan menjurus kepada pembelajaran bermakna (Ibrahim, Surif dan Mohd. Sharir, 2003). Untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna, maka peserta didik dituntut benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, sehingga aktivitas pembelajaran tidak hanya meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa pada materi pelajaran tetapi juga melibatkan kemampuan berpikir (Hamalik, 2003)
Center Of Occupational Reseach And Development (CORD) (Crawford, 2001) menyampaikan  lima strategi bagi pendidik  dalam rangka  penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat dengan REACT, yaitu : (1) Relating  adalah belajar dikaitkan dengan  konteks  pengalaman kehidupan nyata, (2) Experiencing adalah belajar ditekankan kepada  penggalian (eksplorasi, penemuan), dan penciptaan (invention), (3) Applying adalah belajar bilamana  pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks  pemanfaatannya, (4) Cooperating adalah belajar  melalui konteks komunikasi  interpersonal, pemakaian bersama dan  sebagainya, (5) Transfering adalah  belajar melalui  pengetahuan  di dalam situasi  atau konteks baru.
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran REACT telah dilakukan sebelumnya oleh Pertiwi (2009) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan strategi REACT kemampuan berpikir fisika siswa meningkat sebesar 37, 34 % dan pemahaman konsep fisika siswa meningkat sebesar 21,05 %.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran REACT dalam pembelajaran kimia, pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit merupakan materi yang sangat erat kaitannnya dengan kehidupan sehari-hari. Namun, pemahaman siswa pada pokok bahasan tersebut masih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena guru didalam menjelaskan pokok bahasan tersebut belum menggunakan strategi pengajaran yang tepat. Selama ini pengajaran larutan elektrolit dan non elektrolit banyak menggunakan metode ekspositori (ceramah), akibatnya hasil belajar yang didapatkan kurang memuaskan.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandar Khalipah yang dilaksanakan dilaksanakan pada bulan di kelas X semester genap Tahun Ajaran 2010/2011.Dari populasi diperoleh sampel kelas X-1 dan X-3, sampel diambil secara purposif sampling. Sebagai kelas eksperimen adalah kelas X-1, sedangkan kelas kontrol adalah kelas X-3.
Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Memvalidkan soal sebelum diujikan pada kedua kelas sampel
b.   Memberikan pre tes dengan soal yang sudah valid dan reliabel pada satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pemberian pre tes dilakukan sebelum perlakuan pengajaran kepada kelompok sampel untuk memperoleh normalitas dan homogenitas kelompok yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Dengan demikian kelompok sampel memiliki kemampuan awal yang homogen.
c.    Melaksanakan penelitian dalam kelas. Dalam hal ini, peneliti melakukan treatment (perlakuan) dengan membagi subjek didik atas kelompok yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol yang kemampuan awalnya homogen. Kemudian kepada kelas eksperimen setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi REACT dan kelas kontrol setelah diberikan pengajaran secara konvensional (ceramah, tanya-jawab dan penugasan)
d.   Memberikan post tes setelah proses belajar mengajar selesai, post tes digunakan untuk menyelidiki kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan pada masing-masing kelas. Post-test diberikan kepada kedua kelas.
e.    Mengumpulkan dan mengolah data hasil pre tes dan post tes
f.    Menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini membutuhkan alat pengumpul data adalah evaluasi belajar berupa pre-test dan post-test untuk kelompok ekperimen dan kontrol. Bentuk test untuk evaluasi pre-test dan post-test adalah bentuk objektif pilihan berganda. Soal pre-test dan soal post-test yang diberikan atau yang diujikan terhadap kelompok eksperimen dan kelas kontrol harus sama. Sebelum post-test diberikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian test. Hal ini dilakukan untuk memperoleh validitas test, reliabelitas test, daya beda dan tingkat kesukaran.
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dari kelas sampel. Setelah data kelas sampel diperoleh, maka dilakukan langkah-langkah (1) uji normalitas, (2) uji homogenitas, (3) uji hipotesis dua pihak. Selajutnya melakukan uji t pada α = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Ha diterima apabila harga thitung < -t1/2 α dan thitung > t1/2 α yang sekaligus menolak Ho.

Hasil dan Pembahasan
1.      Data Pre-Test dan Post-Test Siswa
Instrumen test yang digunakan sebagai pre-test sama dengan instrumen yang digunakan pada saat post-test yaitu soal pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan urutan yang telah diacak. Pemberian pre-test diberikan kepada siswa sebelum siswa diberikan pembelajaran sedangkan post-test diberikan kepada kelas eksperimen setelah diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi REACT dan kelas kontrol setelah diberikan pengajaran secara konvensional (ceramah, tanya-jawab dan penugasan)
   Tabel 1.1. Data Ringkas Hasil Pre-Tes Siswa

Eksperimen
Kontrol
Nilai Minimum
15
15
Nilai Maksimum
60
60
Nilai Rata-Rata
38,15
44,02
Standar Deviasi (SD)
11,114
11,577

   Tabel 1.2. Data Ringkas Hasil Post-Tes Siswa

Eksperimen
Kontrol
Nilai Minimum
60
55
Nilai maksimum
95
80
Nilai Rata-Rata
82,23
67,50
Standar Deviasi (SD)
9,979
13,683

2.      Uji Normalitas
Tabel 2.1. Uji Normalitas Data Pre-Test dan Post-Test Siswa
Kelas
Data
2)hitung
2)tabel
Keterangan
Eksperimen
Pre-Test
7,68
15,507
Data Terdistribusi Normal
Post-Test
12,03
15,507
Data Terdistribusi Normal
Kontrol
Pre-Test
6,83
11,07
Data Terdistribusi Normal
Post-Test
11,60
12,592
Data Terdistribusi Normal

3.      Uji Homogenitas
Tabel 3. Uji Homogenitas
Kelas
S2
Fhitung
Ftabel
Keterangan
Eksperimen
147,226
1,084
1,732
Data homogen
Kontrol
94,682

4.        Uji Hipotesis
Tabel 4. Uji Hipotesis
Kelas
Data
thitung
ttabel
Keterangan
Eksperimen
6,563


2,016


Ha diterima
SD = 187,642
Kontrol
SD = 176,884


5.      Peningkatan Hasil Belajar
Tabel 5. Peningkatan Hasil Belajar

Gain Ternormalisasi
Keterangan
Kelas Eksperimen
0,6569
Hasil Belajar Sedang
Kelas Kontrol
0,4453
Hasil Belajar Sedang


Kesimpulan
1.  Hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit yang diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang diberi pembelajaran secara Konvensional (ceramah, tanya-jawab, dan penugasan). Hal ini dibuktikan dari uji hipotesis yang menunjukkan bahwa thitung > ttabel (6,563 > 2,016).
2.   Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 71,26 % sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol adalah 41,94 %. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT lebih efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa daripada pembelajaran secara Konvensional (ceramah, tanya-jawab, dan penugasan).

Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Lisnawaty Simatupang S.Si, M. Si selaku pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

Daftar Pustaka
Crawfod, L.M., (2001), Teaching Contextually, Research, Rationale, and Tehniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science, Waco, Texas CCI Publishing, Inc

Faisal, S., (2005), Pembelajaran volume kubus dan balok dengan Strategi REACT pada siswa kelas I SMP Negeri 6 Malang. Tesis tidak diterbitkan, Malang: PPS UM Malang

Ibrahim, N.H., Surif, J., dan Mohd. Sharir, M., (2003), Kefahaman Dan Tahap Amalan Pembelajaran Secara Kontekstual Di Kalangan Guru Sains Luar Bandar, Universitas Teknologi Malaysia, Johor

Pertiwi, Faninda Novika., (2009), Penerapan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Jenangan Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Malang.

Tim Penatar Undiksha, (2007), Menggunakan CTL dan Asesmen Otentik, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja


1 komentar:

  1. The Casino Dealer: The Casino Dealer - DRMCD
    From our Casino Games to Video Poker, there's nothing 논산 출장안마 like gaming live with a live dealer. If you're not a live dealer 속초 출장샵 you'll never have to worry about 강원도 출장마사지 whether or 하남 출장안마 not 평택 출장안마 you

    BalasHapus