PEDOMAN
PENYIMPANAN ZAT KIMIA DI LABORATORIUM
UNTUK KESEHATAN DAN KEAMANAN
Pendahuluan
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para
penggunanya. Aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal dari sakit maupun
kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan
aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan keceakaan dan
keracunan. Apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan
melindungi diri, maka keadaan aman dalam laboratorium pasti akan tercipta.
Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat bagi para pengguna maupun
orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Kemudian disiplin setiap individu
terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Semua ini tergantung pada faktor
manusianya, yang merupakan sumber terbesar terjadinya kecelakaan di
laboratorium.
Keamanan adalah faktor yang seharusnya menjadi perhatian yang paing
besar dalam kegiatan laboratorium, tetapi umumnya yang terjadi adalah kita
belum terbiasa memperhatikan keamanan kerja. Syarat keamanan di laboratorium
bertujuan untuk meindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri maupun
untuk ingkungan dan menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar
sains yang aman. Caranya dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains (dosen,
laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi
serta upaya penanganannya.
Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam
laboratorium, pada dasarnya semua bahan kimia itu beracun, namun dengan
pengeolaan dan penyimpanan bahan kimia yang tepat dan benar, maka tingkat
bahaya sebagai beracun dapat dikurangi dan ditanggulangi. Pengenalan sifat dan
jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yaitu cara
pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanannya.
Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan bahan praktikum
kimia, cara penyimpanan agar kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta
bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
Penyimpanan Bahan Kimia
Tata cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium
merupakan bagian yang sangat penting. Ini karena bahan kimia cenderung
mempunyai potensi bahaya, baik itu mudak terbakar, meledak, reaktivitasnya
maupun bahaya lain. Dengan demikian, mau tak mau kita harus mengenal terlebih
dahulu bahan kimia tersebut seperti pepatah bilang ‘tak kenal maka tak sayang’.
Ada banyak referensi yang bisa kita rujuk agar kita bisa mengenal
lebih detail terhadap bahan kimia. Sumber informasi bahan kimia tersebut antara
lain dari :
- Informasi dari produsen yang bisa dalam bentuk buku katalog bahan/CD, misalnya dari produsen Merck, JT Baker, BDH, dll.
- Literatur / buku tentang Health and Safety.
- Material Safety Data Sheet (MSDS).
- Informasi dari buku katalog umumnya berisi informasi umum (nama dan komposisi), sifat fisik & kimia serta simbol bahaya. Sedang informasi MSDS didapat secara up to date dengan download dari berbagai sumber.
Beberapa hal penting tersebut memang harus diperhatikan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada bahan kimia. Terlebih lagi bahan
kimia merupakan bagian dari sebuah riset sehingga jangan sampai berpengaruh
pada hasil riset. Data hasil riset haruslah mempunyai tingkat akuraritas yang
tinggi, dalam arti kata tetap presisi dan tidak bias.
Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat
fisik dan sifat kimia bahan. Pengaturan tersebut harus memperhatikan
kondisi operasional bahan kimia seperti :
- Kontrol temperatur
- Perbandingan dan konsentrasi reaktan
- Kemurnian bahan
- Viskositas media reaksi
- Kecepatan penambahan bahan
- Pengadukan
- Tekanan reaksi atau distilasi
- Bahaya radiasi
- Bahaya padatan yang reaktif
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa
kita abaikan setiap bahan kimia mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda
seperti misalnya :
- Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
- Reaksi dekomposisi
- Komposisi, struktur & reaktivitas kimia
- Bahan-bahan kimia tidak kompatibel
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Secara rinci, klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diatur
dalam PP No. 74 Th 2001 tentang Pengelolaan B3. Klasifikasi tersebut sebagai
berikut :
- Mudah meledak (explosive)
- Mudah menyala (flammable)
- Pengoksidasi (oxidizing)
- Berbahaya (harmful)
- Korosif (corrosive)
- Bersifat iritasi (irritant)
- Beracun (toxic)
- Karsinogenik
- Teratogenik
- Berbahaya bagi lingkungan
Reaksi Dekomposisi
Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih
dan bisa jadi dekoposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda
dengan senyawa sebelumnya. Jenis reaksi ini bisa berjalan lambat dan bisa pula
berjalan cepat.
Komposisi, Struktur & Reaktivitas Kimia
Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia sering dihubungkan dengan
strukturnya. Contoh:
- CN2 ( senyawa diazo )
- C – NO ( senyawa nitroso )
- C – NO2 ( senyawa nitro )
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa faktor
sehingga yang harus diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
- Kontrol temperatur
- Perbandingan dan konsentrasi reaktan
- Kemurnian bahan
- Viskositas media reaksi
- Kecepatan penambahan bahan
- Pengadukan
- Tekanan reaksi atau distilasi
- Bahaya radiasi
- Bahaya padatan yang reaktif
Bahan-bahan kimia tidak kompatibel (Chemical Incompatibility Matrix)
- Identifikasi bahan di masing-masing lab.
- Perhatikan MSDS
- Pahami prosedur penanganan
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaiknya dipisahkan
berdasarkan perbedaan klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas
bahaya adalah sebagai berikut :
Jenis Asam
- Pisahkan dari logam reaktif: sodium, potassium, dan magnesium.
- Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang flammable dan combustible.
- Asam asetat adalah cairan flammable.
- Asam Nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2dan gas nitrosyl chloride yang toksik.
- Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menhasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti: sodium sianida, besi sulfida dan kalsium karbida.
- Pisahkan Asam dan Basa
Jenis Basa (Bases)
- Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peoksida organik
- Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak alumunium
Pelarut (Flammable dan combustible)
- Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent
- Pisahkan dari asam peoksidasi dan oksidator lain
- Jauhkan dari sumber pembakar: panas, api dll
Pengoksidasi
- Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable
- Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format
Sianida
- Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap Air
- Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air
- Siapkan Racun api kelas D didekatnya
Bahan Piroforik
- Dalam kemasan asli, simpan di tempat yang dingin
- Berikan tambahan seal yang kedap udara
Light-Sensitive Chemicals
- Simpan di botol gelap/berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.
Bahan pembentuk peroksida
- Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flamable
- Pisahkan dari pengoksidasi dan asam
Bahan Beracun
- Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunnya
- Pergunakan sistem keamanan yang memadai
Tempat cairan
Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan)
untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau bocoran. Kapsitas tray harus 110%
volume botol terbesar atau 10% dari agregat seluruh volume.
Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan
dalam botol. Jangan menggunakan bahan alumunium.
Chemical Storage Cabinets
Approved corrosive storage cabinets berfungsi untuk untuk
penyimpanan asam dan basa.
Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan
flammable liquids
Kesimpulan
Cara standart untuk
menangani dan mengelola zat zat kimia di laboratorium terletak pada penyimpanan
bahan tersebut. Penyimpanan bahan kimia sebaiknya dilakukan sesuai dengan
karakteristik dan sifatnya. Perlu adanya perhatian yang tinggi agar
laboratorium menjadi tempat yang aman dan sehat.
Pada umumnya bahan kimia
memiliki sifat mudah terbakar, beracun, sangat reaktif, dan peka terhadap
panas. Oleh karena itu penyimpanan dapat dilakukan seperti, penyimpanan pada
suhu dingin, penyimpanan bahan yang sangat reaktif, penyimpanan bahan yang
mudah terbakar dan penyimpanan untuk bahan beracun, dengan menggunakan wadah
yang sesuai dengan sifat zat tersebut.
Daftar Pustaka
Widjajanti,
Endang, (2003), Pengelolahan Bahan Kimia-Makalah Penyuluhan dan Pelatihan
Keterampilan Mengelola Laboratorium dan Menyiapkan Praktikum bagi Laboran
Laboratorium Kimia SMU di DIY, FMIPA-Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta